الحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أم بعد
Halaqah yang ke lima belas “Penjelasan Kitab Al Qawa’idul Arba'” karangan Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi rahimahullah.
Muallif atau pengarang ingin menunjukkan kepada kita tentang ucapan beliau di awal bahwasanya tujuan orang-orang musyrikin menyembah berhala-berhala mereka adalah untuk meminta kedekatan kepada Allah dan juga meminta syafa’at.
Dan ini bukan berarti bahwasanya muallif atau pengarang mengingkari apa yang dinamakan dengan syafa’at. Syafa’at di hari kiamat adalah haq. Dan kewajiban bagi seorang mukmin maupun mukminah, yang laki-laki maupun wanita untuk beriman dengan adanya syafa’at, berdasarkan dalil-dalil di dalam Al Qur’an maupun di dalam As Sunnah. Wajib bagi seorang muslim untuk beriman dengan adanya syafa’at di hari kiamat.
Dan syafa’at di hari kiamat bermacam-macam. Ada diantara syafa’at tersebut yang merupakan kekhususan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah syafa’atul ‘udzma, syafa’at yang paling besar yang terjadi di padang Mahsyar. Dan diantara syafa’at yang khusus bagi Rasulullah shallallāhu’ alaihi wa sallam adalah syafa’at untuk masuk ke dalam surga (dibukanya pintu surga). Demikian pula syafa’at Beliau untuk paman Beliau yaitu Abu Thalib.
Dan di sana ada syafa’at yang umum, dimiliki oleh Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, demikian pula dilakukan oleh yang lain, seperti para malaikat, para nabi, orang-orang yang beriman, seperti syafa’at bagi orang-orang yang berdosa diantara orang-orang yang beriman, yang mereka diadzab oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla di dalam neraka.
Dan di sana ada syafa’at mengangkat derajat di dalam surga. Dan ini semua berdasarkan dalil-dalil yang shahih.
Bukan berarti apa yang beliau ucapkan di sini, bahwasanya beliau mengingkari syafa’at-syafa’at tersebut, tidak. Beliau menjelaskan setelahnya, bahwasanya syafa’at yang ada di dalam Al Qur’an maupun Hadits, ini ada dua macam.
Beliau mengatakan,
وَالشَّفَاعَةُ شَفَاعَتَانِ
Syafa’at itu ada dua macam.
شَفَاعَةٌ مَنْفِيَّةٌ، وَشَفَاعَةٌ مُثْبَتَةٌ
Syafa’atun Manfiyyah dan Syafa’atun Mutsbatah.
1. Syafa’atun Manfiyyah
adalah syafa’at yang diingkari oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.
2. Syafa’atun Mutsbatah
adalah syafa’at yang ditetapkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Di sana ada syafa’at yang diingkari oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla berdasarkan dalil-dalil di dalam Al Qur’an dan di sana ada syafa’at yang ditetapkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Kemudian beliau mengatakan,
فَالشَّفَاعَةُ الْمَنْفِيَّةُ: مَا كَانَتْ تُطْلَبُ مِنْ غَيْرِ اللهِ فِيمَا لا يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلا اللهُ
Apa yang dimaksud dengan syafa’at yang diingkari oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla?
Yang dimaksud dengan syafa’at yang diingkari oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla adalah syafa’at yang diminta dari selain Allah.
فِيمَا لا يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلا اللهُ
Di dalam perkara yang tidak mungkin melakukannya kecuali Allah.
Apabila syafa’at ini diminta dari selain Allah, maka inilah yang diingkari oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla di hari kiamat. Tidak akan bermanfaat yang seperti ini. Contohnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin Quraisy. Karena mereka meminta syafa’at bukan dari Allah, tetapi meminta syafa’at dari sesembahan-sesembahan selain Allah. Oleh karena itu mereka tadi mengatakan هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ mereka mengharap, takut, berdo’a kepada sesembahan-sesembahan tersebut, tujuannya supaya mereka memberikan syafa’at bagi mereka di sisi Allah Subhānahu wa Ta’āla pada hari kiamat. Apabila syafa’at diminta dari selain Allah, maka inilah yang diingkari oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy.