HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al Qawa’idul Arba’ – Halaqah 20 | Penjelasan Kaidah Ke Dua Kitab Al Qawa’idul Arba’ Bagian 9

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al Qawa’idul Arba’
Halaqah 20 | Penjelasan Kaidah Ke Dua Kitab Al Qawa’idul Arba’ Bagian 9

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أم بعد

🔰Halaqah yang ke dua puluh “Penjelasan Kitab Al Qawa’idul Arba'” karangan Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi rahimahullah.

Kemudian beliau mengatakan,

وَالْمَشْفُوعُ لَهُ مَنْ رَضِيَ اللهُ قَوْلَهُ وَعَمَلَهُ بَعْدَ الإِذْنِ

Siapakah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at di hari kiamat?
Mereka adalah, kata beliau,
“Orang yang Allah ridhoi amalannya dan juga ucapannya.”
Inilah orang yang akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat.
Adapun orang yang tidak Allah ridhoi ucapannya, amalannya, maka Allah tidak akan mengizinkan siapapun untuk memberikan syafa’at kepada dirinya.

Allah Subhānahu wa Ta’āla meridhoi dari kita tauhid. Dan Allah tidak ridho kesyirikan.
Artinya orang yang akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat adalah orang yang bertauhid, yang mengesakan Allah Subhānahu wa Ta’āla dalam ibadahnya, tidak menyerahkan ibadah sedikit pun kepada selain Allah Subhānahu wa Ta’āla. Inilah orang yang akan mendapatkan ridho Allah, dan merekalah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at.

Suatu hari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu. Bertanya kepada Rasulullah tentang siapa yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam di hari kiamat.

Abu Huroiroh berkata,

مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’at-mu pada hari kiamat?”

Maka Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلبِهِ

“Barangsiapa yang mengatakan laa ilaaha illallaah, ikhlas dari hatinya.”

Orang yang mengatakan laa ilaaha illallaah, berarti dia telah berikrar tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan diamalkan di dalam kehidupannya.

خَالِصًا مِنْ قَلبِهِ
Ikhlas dari hatinya, bukan karena dipaksa, bukan karena sebagai seorang munafik yang hanya mengucapkan laa ilaaha illallaah di lisannya, bukan dengan hatinya.

Dia mengucapkan laa ilaaha illallaah ikhlas dari hatinya dan diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Tidak berdo’a kecuali kepada Allah, tidak menyembelih kecuali hanya untuk Allah, tidak bernadzar kecuali untuk Allah, tidak beristighotsah, beristi’anah, beristi’adzah, kecuali hanya kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Dan seluruh ibadah. Satupun ibadah tidak ada yang diserahkan kepada selain Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Inilah orang yang akan berbahagia dengan syafa’at Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Dalam hadits yang lain, Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki da’wah (do’a) yang mustajab (yang dikabulkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla) dan masing-masing dari Nabi telah menyegerakan do’anya (yaitu di dunia). Dan sesungguhnya aku telah menyembunyikan (mengakhirkan) do’aku pada hari kiamat sebagai syafa’at dariku untuk umatku.”

Jadi do’a mustajab yang Beliau miliki, yang Allah karuniakan kepada Beliau, Beliau simpan dan ditunda sampai hari kiamat dengan maksud sebagai syafa’at bagi umatnya pada hari kiamat.

Kemudian Beliau mengatakan,

فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللهُ مَن مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشرِكُ بِاللهِ شَيْئًا

“Dan syafa’at-ku ini akan diterima (didapatkan) Insya Allah oleh setiap yang meninggal diantara umatku, yang dia meninggal tanpa menyekutukan Allah sedikit pun.”

Menunjukkan bahwasanya orang yang berhak untuk mendapatkan syafa’at Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan juga syafa’at para malaikat dan juga syafa’at yang lain, pada hari kiamat adalah orang yang tidak menyekutukan Allah. Inilah orang yang diridhoi oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian beliau mengatakan,
بَعْدَ الإِذْنِ
“Setelah diizinkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.”

Para Nabi, para malaikat, para syuhada’, orang-orang yang beriman, pada hari kiamat mereka tidak akan bisa memberikan syafa’at kepada orang lain, kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Kalau Allah mengizinkan, maka mereka memberikan syafa’at. Tapi kalau Allah tidak mengizinkan, maka mereka tidak bisa memberikan syafa’at. Tidak mungkin mereka bisa memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan dan dibolehkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Sebagaimana kata beliau,

كَمَا قَالَ تَعَالَى ،
Sebagaimana firman Allah Subhānahu wa Ta’āla

مَن ذَا ٱلَّذِی یَشۡفَعُ عِندَهُۥۤ إِلَّا بِإِذۡنِهِ
[Surat Al-Baqarah 255]

“Dan tidak ada yang memberikan syafa’at di sisi-Nya (di sisi Allah) kecuali dengan izin dari Allah Subhānahu wa Ta’āla.”

Menunjukkan bahwasanya syafa’at di hari kiamat berbeda dengan syafa’at di dunia.
Di hari kiamat, seorang Nabi tidak mungkin memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.

وَكَم مِّن مَّلَكࣲ فِی السَّمَاوَاتِ لَا تُغۡنِی شَفَـٰعَتُهُمۡ شَیۡـًٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن یَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن یَشَاۤءُ وَیَرۡضَىٰۤ
[Surat An-Najm 26]

“Berapa banyak malaikat di langit yang tidak akan bermanfaat syafa’at mereka di sisi Allah kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.”

Menunjukkan bahwasanya malaikat pun tidak bisa memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karena itu, sekali lagi, seorang muslim apabila ingin mendapatkan syafa’at di hari kiamat, maka hendaklah dia meminta kepada Allah, dzat yang akan mengizinkan syafa’at tersebut. Dan Dialah yang memiliki syafa’at tersebut. Dan hendaklah dia menghindari cara mendapatkan syafa’at yang tidak dibenarkan, dan ini adalah cara orang-orang musyrikin yang ada di zaman Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, demikian pula cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin di zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam, yaitu mereka mencari syafa’at dengan cara meminta kepada selain Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy.

Related Posts: